“Jika seekor anjing menjilat perkakas rumah salah seorang diantara kalian, maka cucilah
alat (tempat) itu tujuh kali, satu kali diantara yg tujuh itu dicampur dengan
tanah..”
Sejenak dia berdiam menatap hadist itu. Dalam dirinya mulai timbul pertanyaan-pertanyaan yg menggoda : Perintah mencuci tujuh kali itu memang harus dilakukan, dan merupakan kewajiban, namun mengapa Nabi masih menyuruh membasuh tempat itu satu kalinya dengan tanah? Tidakkah dengan memakai air saja sudah cukup?
Sejenak dia berdiam menatap hadist itu. Dalam dirinya mulai timbul pertanyaan-pertanyaan yg menggoda : Perintah mencuci tujuh kali itu memang harus dilakukan, dan merupakan kewajiban, namun mengapa Nabi masih menyuruh membasuh tempat itu satu kalinya dengan tanah? Tidakkah dengan memakai air saja sudah cukup?
Pertanyaan itu begitu menggoda. Tanpa menunggu
waktu lagi, segera dia mengambil sebuah perkakas rumah dan membiarkannya
dijilati anjing. Dia lalu mencucinya dengan air tujuh kali. Meneliti dengan
meneropongnya dibawah mikroskop, dan yg terlihat : Berjuta-juta bakteri masih
melekat di tempat itu. Bebarti mencuci dengan air tidaklah cukup untuk
menghilangkan bakteri atau kuman-kuman penyakit anjing yg melekat ditempat itu.
Sekarang dia mencoba sekali lagi, mencuci tempat itu dengan debu. Dan setelah diteliti, ternyata, kuman-kuman telah hilang seluruhnya.
Pertanyaan yg timbul dibenaknya sekarang : Siapa yg memberitahukan hal ini kepada Muhammad?
Sekarang dia mencoba sekali lagi, mencuci tempat itu dengan debu. Dan setelah diteliti, ternyata, kuman-kuman telah hilang seluruhnya.
Pertanyaan yg timbul dibenaknya sekarang : Siapa yg memberitahukan hal ini kepada Muhammad?
Padahal poenemuan rahasia bakteri baru
diketemukan oleh Pasteur (1822-1895).
Bukankah jauh sekali jarak antara
Muhammad dengan Pasteur? Berarti penemuan Pasteur hanyalah mengulang penemuan
lama, dimana Muhammad telah mengetahui bahwa bakteri atau kuman penyakit itu ada
pada anjing dan dapat dihilangkan hanya dengan mempergunakan debu dan dibasuh
dengan air enam kali.
Siapa yg memberitahukan hakekat ilmiah ini kepada
Muhammad? Tidak lain, Dialah ALLAH!!
ALLAH yg benar-benar menunjuk Muhammad
saw sebagai utusan-NYA. Akhirnya ilmuwan itu masuk Islam bersama puterinya yg
ikut di Kairo itu. (Bagaimana Aku Melihat ALLAH, 1982)